Membakar Ladang Perminus


Mengadaptasi “Ladang Perminus” (LP), novel Ramadhan KH tentang korupsi di Perusahaan Minyak Nusantara (Perminus) menjadi sebuah naskah theater, adalah sebuah pekerjaan mengasyikkan. Pekerjaan adaptasi ini ibarat memantik api untuk membakar ladang subur korupsi yang dikisahkan Ramadhan KH dalam novelnya. Proses pengadaptasian dilakukan dua tahap dan dikerjakan dua orang, Wawan Sofwan dan saya (FX Rudy Gunawan). Tahap pertama, Wawan Sofwan selaku sutradara dari project pementasan, memulai proses pemindahan substansi novel menjadi draft awal skenario LP. Hal penting pada tahap ini adalah menangkap esensi cerita dan semangat dari penulis novelnya. Proses ini menghasilkan skenario draft pertama sampai draft 6 yang dikerjakan Wawan selama kurang lebih dua bulan. Perbaikan-perbaikan dari draft 1 sampai draft 6 adalah upaya bongkar-pasang setiap adegan dengan memperhitungkan berbagai aspek pementasan, mulai dari pemilihan karakter, bangunan cerita dan konflik, tangga dramatik, desain artistik, dan aspek-aspek panggung lainnya.

Dalam proses tahap pertama, naskah draft 5 dan 6 mulai didiskusikan bersama untuk mencari masukan-masukan. Meski bukan diskusi-diskusi yang intens, tapi sejumlah masukan berhasil membedah dan melihat kekurangan-kekurangan dari naskah draft tersebut. Salah satunya menyangkut soal karakter tokoh protagonis (Hidayat) yang sesuai versi novelnya, memang bukan tokoh yang frontal melawan korupsi yang merajalela di Perminus. Hidayat adalah jenis karakter yang meskipun berprinsip tapi juga berhati-hati, sabar, dan tabah. Tokoh dengan karakter seperti ini memang bisa meraih simpati dari penonton, tapi sekaligus juga bisa membuat penonton “kecewa”. Itulah salah satu masukan penting dari diskusi tentang naskah draft 5 dan 6. Berdasarkan masukan-masukan hasil diskusi, proses tahap dua pengadaptasian pun mulai dilakukan oleh FX Rudy Gunawan.

Apa yang saya lakukan untuk melanjutkan penulisan draft selanjutnya adalah berdasarkan masukan hasil diskusi draft 5 dan 6. Pertama, saya membuat ruang untuk tokoh antagonis yang kuat tapi belum mendapat porsi yang memadai dalam draft 5 dan 6. Dengan mengeksplorasi tokoh Kahar sebagai sosok antagonis yang kuat, kekurangan dari tokoh Hidayat pun bisa teratasi dengan sendirinya. Kahar adalah sosok koruptor yang serakah, sewenang-wenang, menyebalkan, dan arogan. Dengan mengeksplorasi Kahar, dinamika cerita dan konflik pun menjadi kuat dan hidup, namun untuk itu, harus ada bagian-bagian yang dikorbankan. Apa boleh buat, sejumlah adegan dari draft 6 pun terpaksa harus diganti. Untunglah Kahar adalah pemantik yang bisa membakar LP menjadi pertunjukan yang “menyala” sehingga tidak terlalu sulit untuk menyusupkannya pada adegan-adegan yang diganti. Dengan munculnya Kahar, proses tahap dua berlangsung mulus, api untuk membakar Ladang Perminus berhasil disulut lewat sosok Kahar sebagai pemantiknya.

Selamat menonton!


Wawan Sofwan & FX Rudy Gunawan

About this entry

Posting Komentar

 

Teater-Perminus | Author's blog | Powered By Blogspot | © Copyright  2009