Di negeri ini, hanya di negeri ini seorang koruptor bisa jadi pahlawan

Ladang Perminus adalah sebuah pertunjukkan teater yang diadaptasi dari novel yang berjudul sama karya Ramadhan KH. Pementasan teater Ladang Perminus dilaksanakan di dua kota, yaitu di Bandung, tanggal 6-8 Agustus di Gedung Kesenian Rumentang Siang dan Jakarta, tanggal 12-13 Agustus 2009 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.
Teater ini mengisahkan maraknya praktek kotor di sebuah perusahaan minyak bernama Perusahaan Minyak Nusantara (Perminus). Cerita berputar pada tokoh Hidayat, seorang mantan pejuang '45 yang ditampilkan sebagai karakter yang jujur, idealis, dan sangat menjunjung nilai moral dan hati nurani, yang harus jatuh bangun berjuang di tengah-tengah lingkungan yang korup.
Dalam karirnya di Perminus, Hidayat sempat menjadi korban fitnah dan kemudian "dirumahkan" karena tuduhan korupsi atas dirinya, namun tuduhan tersebut terbukti tidak benar, dan kemudian dia kembali bekerja di Perminus, dan kemudian ditugaskan untuk menangani tender dengan sebuah perusahaan Jepang di Singapura. Disinilah berbagai konflik dimulai. Mr.Kobayashi, direktur perusahaan Jepang tersebut sempat membujuk Hidayat dengan memberikan hadiah berupa sebuah mobil terkenal model terbaru melalui sekretarisnya. Hidayat yang lugu sempat sungkan dan menanyakan maksud pemberian tersebut, meskipun kemudian dia menerimanya dengan enggan. Sekembalinya Hidayat dari Singapura, dia melapor pada atasannya Kahar, dan bermaksud mengembalikan hadiah tersebut kepada Mr.Kobayashi. Kahar, melihat keluguan Hidayat, memanfaatkan kesempatan tersebut dan menganjurkan Hidayat agar menghibahkan mobil tersebut kepada perusahaan, dan Hidayat pun menyetujuinya.
Kahar merupakan tokoh antagonis utama dalam pementasan ini. Ia digambarkan sebagai sosok yang rakus, licik, dan juga keji dengan berbagai permainannya yang menjegal dan menyebar fitnah untuk mencapai tujuannya. Setelah Hidayat menyerahkan mobil tersebut kepada perusahaan, Kahar malah memberikan mobil tersebut kepada selingkuhannya.
Kahar, atasan Hidayat yang licik dan korup
Sementara itu, kawan-kawan seperjuangan Hidayat bersepakat untuk mencalonkan Hidayat sebagai Gubernur Jawa Barat karena latar belakang Hidayat yang dikenal cerdas dan jujur. Setelah mendapat berbagai dukungan, mereka mengajukan usul tersebut kepada Hidayat, namun usulan tersebut ditolak oleh Hidayat.
Hidayat menolak tawaran teman-temannya untuk menjadi Gubernur
Dengan rekan kerjanya, Hidayat juga mengalami berbagai konflik, antara lain dengan Sadikin yang jujur tapi memilih menutup mata terhadap kebusukan di sekitarnya dan Subarkah, yang lebih memilih bermain aman, dalam proyek pembangunan pengolahan minyak di Indramayu yang banyak menyengsarakan rakyat sekitar dengan uang ganti yang tidak wajar.

Hidayat berdiskusi dengan Sadikin dan Subarkah
Dalam perjalanan Hidayat ke Singapura berikutnya, dia sempat tergoda oleh Ita, seorang pramugari cantik (rupanya manusia memang tak ada yang sempurna hihihi) yang memandang Hidayat sebagai sosok yang karismatik, meskipun Hidayat tak menyentuh Ita, namun mereka sempat berfoto bersama di sebuah kamar hotel dengan Yu, salah seorang kurir perusahaan asing di Singapura (Yu merupakan karakter yang paling banyak mengundang tawa dalam cerita ini). Hidayat pun meminta Yu untuk mengirimkan foto tersebut ke kantornya.
siapa coba yang tidak tergoda oleh pramugari-pramugari cantik ini hihihi
Hidayat berduaan bersama Ita di kamar hotel
Konflik mencapai puncaknya ketika sepulang dari Singapura, Hidayat ditugaskan untuk melakukan kajian atas proyek pembangunan sebuah pabrik baja di Cilegon. Berkat kerja keras Hidayat dan timnya, mereka berhasil menurukan penawaran sebanyak 60 juta franc dari 630 juta franc menjadi 570 juta franc. Hidayat kemudian melaporkan keberhasilannya kepada Kahar, dan meskipun Kahar memberikan apresiasi terhadap keberhasilan Hidayat, melihat kesempatan ini untuk mengeruk uang demi kekayaan pribadi dan mengubah laporan penawaran tersebut menjadi 600 juta franc ! Hidayat kemudian mengetahui kecurangan ini lewat Onkelinx, seorang Swiss yang turut serta dalam proses penawaran dan dari Subarkah, dimana Subarkah ternyata orang yang diminta Kahar untuk menaikkan penawaran tersebut. Merasa direndahkan, Hidayat kemudian menghadap Kahar, dan mendapat perlakuan kasar dari Kahar dengan mengatakan bahwa hal tersebut bukan urusan Hidayat lagi.
Sementara itu tanpa sepengetahuan Hidayat, kawan-kawannya telah mencalonkan dirinya sebagai Gubernur, dan berita pencalonan Hidayat muncul sebagai berita utama sebuah koran. Kahar, merasa posisinya terancam dengan pencalonan Hidayat sebagai Gubernur, kemudian memecatnya. Hidayat menanggapi pemecatan ini sebagai sebuah pernyataan perang, dan dia menyatakan akan mengusut tuntas kasus penggelapan uang dalam proyek pembangungan pabrik baja yang didalangi Kahar.
Hidayat menghadapi Kahar
Setelah kepergian Hidayat dari Perminus, Yu, yang tidak mengetahui bahwa Hidayat telah keluar dari Perminus, datang membawa foto Hidayat bersama Ita yang dipesan Hidayat tempo hari, dengan lugunya, Yu, yang tidak menemukan Hidayat di mejanya, menghadap Kahar dan kemudian memberikan foto tersebut. Kahar melihat ini sebagai peluang emas untuk menjatuhkan Kahar dan segera menyebarluaskan foto tersebut ke kalangan media.
Sebagai akibat dari "skandal" tersebut, Hidayat gagal dicalonkan sebagai Gubernur. Tapi ia tidak tinggal diam dan kemudian membongkar skandal perselingkuhan dan korupsi yang dilakukan Kahar. Ketika berita mengenai keburukannya terbongkar oleh media, Kahar terkena serangan jantung dan meninggal di tempat.
Tapi masalah tidak selesai sampai di situ. Di kediamannya, Hidayat mendapat berita bahwa Kahar akan dimakamkan di taman makam pahlawan dengan prosesi kepahlawanan. Pertunjukan kemudian ditutup dengan adegan Hidayat berteriak lantang, "Di negeri ini, hanya di negeri ini, seorang koruptor bisa menjadi pahlawan !"
Secara keseluruhan pementasan berlangsung dengan baik. Tokoh dan kejadian yang digambarkan terasa sangat hidup, terlebih karena setting memang berputar di negara kita sendiri, dan nama dan istilah yang digunakan memang terdengar tak asing di telinga kita. Pemeran tokoh Hidayat mampu menunjukkan ketegasan dan keberanian Hidayat dalam melawan kebusukan dengan baik, sementara pemeran Kahar benar-benar dapat menimbulkan antipati penonton. Tata lampu dan musik yang digunakan dapat membawa kita ke suasana Indonesia pada jaman dahulu. Selain itu penataan kostum menurut saya perlu diacungi jempol, dengan permainan warna yang digunakan membuat komposisi warna dan bentuk panggung menjadi sedap dilihat.


Album foto Ladang Perminus bisa dilihat di http://rubahkelabu.multiply.com/photos/album/92/Ladang_Perminus.

Tags: teater, ladang perminus, rumentang siang
Prev: The Sisterhood of The Traveling Pants (2005)

About this entry

Posting Komentar

 

Teater-Perminus | Author's blog | Powered By Blogspot | © Copyright  2009