Main Teater Bongkar Korupsi Ladang Perminus

Hanya di negeri ini seorang koruptor bisa menjadi pahlawan.

Berbalut kemeja dan jas, Hidayat siap menghadap bos kantornya. Ia menenteng kunci dan amplop. "Silahkan masuk Pak Dayat," teriak Kahar, sang bos dari dalam ruang kerjanya.

Keraguan hilang sesaat ketika suara keras itu memintanya masuk. Agak terbata-bata Hidayat menjelaskan maksud kedatangannya. "Apa itu?" tutur Kahar bertanya. "Ini kunci dan surat-surat mobil keluaran terbaru. Rekanan kita memberikan ini sebagai hadiah untuk saya. Tetapi saya sepertinya berat untuk menerima ini," ungkap Hidayat menjawab.

Sontak mata Kahar terbelalak. Kursi malasnya pun menjadi lebih tegak ketimbang sebelumnya. Ia bersiap menjadi pendengar dan penasihat terbaik bagi Hidayat. Kahar mengatakan, hadiah itu wajar diterima Hidayat. Tetapi, Dayat sekali lagi menolak mengambilnya.

Bagi Kahar jawaban penolakan itu adalah berkah untuk dirinya. Ia pun berkata,"Tidak apa kamu serahkan pada perusahaan. Mobil ini bisa jadi aset perusahaan kita."

Hidayat pun mengangguk. Tetapi, tiga langkah setelah Hidayat pamit dari hadapan Kahar sesuatu yang tidak diketahuinya terjadi. Kahar memberikan mobil itu pada kekasihnya dan berujar bahwa itu adalah hadiah terindah Kahar untuk sang gadis. "Di Perminus itu sudah biasa," ujar seorang kawan kerja Hidayat.

Hidayat menolak anggapan bahwa segala sesuatu bisa dikorupsi seenak perut dan tanpa memikirkan nasib negara. Ia menolak aksi korupsi itu dan berniat melawan. Konflik ini berhenti setelah Kahar meninggal dan diberikan status pahlawan karena jasanya di Perminus.

Konflik humanis ini yang bisa disaksikan dalam pementasan kesekian dari kelompok teater Mainteater di Gedung Kesenian Rumentang Siang, 6-8 Agustus lalu. Teater yang diangkat dari novel karya Ramadhan K.H. yang berjudul Ladang Perminus. "Tentu saja tidak ada perusahaan bernama Ladang Perminus," ujar Andi Yuwono, produser pementasan.

Andi mengatakan Ladang Perminus adalah karya yang diadaptasi dari kejadian perusahaan terbesar milik Indonesia yang bergerak di bidang perminyakan. Novel ini mengambil setting korupsi di Pertamina pada tahun 1970-an. Dalam kisahnya disebutkan betapa sudah mengguritanya perilaku korupsi di perusahaan tersebut yang akhirnya harus "memaksa" setiap orang yang berurusan dengan Pertamina juga harus melakukan korupsi dan kolusi. "Ini adalah kritik sosial terhadap kenyataan itu," katanya.

Pementasan naskah Ladang Perminus merupakan hasil kerja sama Indonesia Corruption Watch (ICW) bekerja sama dengan Perkumpulan Seni Indonesia (PSI), Walhi, Kelompok Praxis, dan Mainteater Bandung. Willy Pramudya dari PSI mengatakan, pementasan teater yang menceritakan kasus-kasus di negeri ini merupakan cara untuk mengingatkan kembali pada masyarakat tentang kekejaman korupsi di negeri ini. "Pementasan teater memiliki fungsi sebagai cermin dari situasi masyarakat di mana teater itu tinggal," ujar Willy

Libatkan SMA

Pementasan teater Ladang Perminus, yang akan berlangsung pula di Jakarta pada 12-13 Agustus 2009, ini pun sempat diramaikan oleh siswa-siswa sekolah menengah atas di Bandung. Mereka datang dalam jumlah tidak kurang dari 200 orang dan mampu duduk anteng selama dua jam pertunjukan.

Andi mengatakan, keterlibatan siswa sekolah sebagai penonton pertunjukan adalah langkah berkampanye. Mereka, menurut Andi, merupakan bibit-bibit generasi yang mesti terus diingatkan dan diberikan pengetahuan tentang realitas negerinya.

"Semoga mereka bisa kritis dan terus menelaah kejadian di negerinya hingga tidak ada salah menempatkan mana pahlawan dan mana bukan dalam hidup mereka," ujar aktivis dari Kelompok Praxis ini. ***

agus rakasiwi - kampus_pr@yahoo.com


Sumber: http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=92176

About this entry

Posting Komentar

 

Teater-Perminus | Author's blog | Powered By Blogspot | © Copyright  2009