Lomba Penulisan Opini Anti Korupsi Tingkat SLTA

Term of Refference
Lomba Penulisan Opini Anti Korupsi Tingkat SLTA
Jakarta - Bandung dan Sekitarnya



PENGANTAR

Perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme yang sudah sangat mengakar di berbagai lapisan birokrasi dan instusi pemerintahan, memerlukan upaya-upaya pencegahan yang melibatkan seluruh anggota masyarakat. Upaya strategis yang masih memerlukan dukungan masyarakat secara luas adalah menumbuhkan semangat anti korupsi pada kalangan generasi muda sehingga di masa depan, secara pasti bangsa kita benar-benar akan terbebas dari praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat ini, setidaknya telah berhasil menciptakan kondisi yang membuat para koruptor besar menahan aksi-aksi korupsi mereka. Namun apa yang dilakukan KPK baru menyentuh sebagian kecil saja dari permasalahan korupsi dan upaya-upaya pemberantasannya. Tanpa dukungan kongkrit dari masyarakat, entah itu hanya berupa upaya minimal tidak mendukung praktik korupsi sampai upaya yang lebih besar seperti melakukan kampanye anti korupsi sendiri, KPK akan kewalahan memerangi korupsi.



Salah satu contoh kampanye anti korupsi yang dilakukan atas inisiatif sendiri adalah pementasan teater “Ladang Perminus” oleh sejumlah seniman yang berkolaborasi dengan sejumlah LSM. Naskah “Ladang Perminus” karya Ramadhan KH menceritakan kasus korupsi di bidang migas pada masa lalu menjadi sebuah media untuk mengajak masyarakat ikut bersama-sama melawan korupsi.

Jalan kebudayaan untuk mengkampanyekan berbagai persoalan sosial bisa lebih efektif karena sifatnya yang lebih persuasive. Bertolak dari pementasan Ladang Perminus yang akan digelar di Bandung dan Jakarta pada bulan Agustus 2009 dengan fokus penonton siswa SLTA, akan diadakan sebuah lomba penulisan opini untuk siswa SLTA yang menjadi penonton pementasan teater Ladang Perminus.


TUJUAN

Tujuan lomba ini terkait dengan upaya untuk menumbuhkan semangat anti korupsi di kalangan generasi muda. Melalui lomba penulisan opini yang dikaitkan dengan pementasan teater Ladang Perminus, siswa SLTA yang menonton selain terstimulus untuk melakukan apresiasi, juga dimotivasi untuk menuangkan pendapat mereka dalam bentuk tulisan opini. Diharapkan setidaknya setiap SLTA mengirimkan satu tulisan dari siswa yang mereka tunjuk sehingga jika ada 120 SLTA yang menonton, akan terkumpul 120-an tulisan yang mewakili opini generasi muda tentang korupsi.



TEMA:

Tema lomba penulisan opini ini tidak berhubungan langsung dengan cerita dalam pementasan teater Ladang Perminus karena pertunjukan tersebut hanya menjadi semacam “alat” untuk merangsang gagasan dan pendapat siswa SLTA tentang korupsi. Tema untuk lomba penulisan ini adalah:

1. Korupsi dan Masa Depan Bangsa
2. Dampak Korupsi Terhadap Lingkungan Hidup
3. Dampak Korupsi Terhadap HAM
4. Jika Ada Seorang Koruptor di Keluarga

Setiap peserta bebas memilih satu tema

PERSYARATAN

1. Lomba hanya boleh diikuti oleh seorang siswa mewakili setiap sekolah yang diundang dalam pementasan Ladang Perminus dan diskusi pembahasan. Setiap sekolah yang terlibat diharapkan melakukan kompetisi penulisan internal dan hanya mengirimkan 1 orang pemenangnya mewakili setiap sekolah.
2. Tulisan harus merupakan karya asli siswa dan mendapatkan rekomendasi dari sekolah yang bersangkutan
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di majalah sekolah maupun media umum
4. Peserta adalah siswa kelas 2, atau 3 yang masih aktif (bukan alumnus)
5. Panjang tulisan 3 sampai 5 halaman ketik computer, 1,5 spasi, font Times News Roman 12 poin
6. Bentuk tulisan adalah opini, bukan artikel ilmiah
7. Memakai bahasa Indonesia popular, tidak harus baku
8. Identitas dan alamat peserta ditulis di bagian bawah tulisan dengan jelas
9. Menyertakan foto kopi kartu pelajar
10. Naskah hardcopy dikirim via pos ke alamat panitia selambat-lambatnya 30 Agustus 2009. Sedangkan sebagai cadangan, naskah sofcopy dikirimkan melalui email ke ladangperminus@yahoo.com dengan ditulis subyek berita LOMBA LADANG PERMINUS (nama sekolah) selambat-lambatnya tanggal 30 Agustus 2009
11. Keputusan Juri mutlak dan tidak bisa digangu gugat
12. Dalam lomba penulisan ini, panitia tidak mengutip biaya apapun kepada peserta baik siswa maupun sekolah


HADIAH

Juara I : Rp. 1.000.000,-
Juara II : Rp. 750..000,-
Juara III : Rp. 500.000,-
Juara Harapan I sampai VII masing-masing mendapatkan Rp. 300.000,-

Tulisan yang mendapatkan juara I hingga Juara Harapan VII rencananya akan diterbitkan dalam buku beserta beberapa tulisan peserta lain yang dianggap layak.

Seluruh peserta dan sekolah yang terlibat akan mendapatkan sertifikat dari penyelenggara.

DEWAN JURI

1. Indonesian Corruption Watch
2. WALHI
3. Perkumpulan Seni Indonesia


DISKUSI

Pembicara : Perwakilan ICW, Perkumpulan Seni Indonesia, WALHI, Mainteater dan Komisi Pemberantasan Korupsi.



PENYELENGGARA

Kerjasama antara Indonesian Corruption Watch, Perkumpulan Seni Indonesia, Perkumpulan Praxis, Mainteater Bandung dan WALHI


ALAMAT SEKRETARIAT

Jl. Salemba Tengah No. 39-BB, Jakarta 10440
Tel. 021 3156907, 3156908 Fax. 021 3900810 Mobile 0811182301
email: ladangperminus@yahoo.com
www.teater-perminus.blogspot.com
Read On 0 comments

Kegiatan Latihan

Tahap demi tahap dalam pemanggungan berupa proses telah masih berjalan dan terus berjalan hingga menjelang pementasan, mulai dari olah tubuh, olah vokal, reading, blocking, hingga latihan bersama dengan musik dan properti pentas.











Read On 0 comments

Workshop Guru - Bandung

Kamis, 16 Juli 2009, workshop "Menumbuhkan Pendidikan Seni Budaya Terhadap Perlawanan Korupsi, Purusakan Lingkungan, dan Pelanggaran HAM", diselenggarakan di Auditorium Campus Center Timur ITB.

Workshop dihadiri 86 guru SMP dan SMA yang berada di wilayah Bandung, Cimahi, dan kota lainnya di Jawa Barat, serta dihadiri pula oleh partisipan nonguru yang memiliki kepedulian terhadap masalah korupsi, lingkungan hidup, dan pelanggaran HAM. Selaku pembicara dalam workshop yaitu Dedie A. Rachim (KPK), Firdaus Illyas (ICW), Dwi Sawung (WALHI JABAR), Raharja Waluya Jati (VHR), Willy Pramudya (PSI), FX Rudy Gunawan (PSI), dan Wawan Sofwan (mainteater).






Read On 0 comments

Workshop Tim

Workshop tim pementasan "Ladang Perminus", dilakukan hari Rabu, 15 Juli 2009, di Gedung Indonesia Menggugat. Workshop dilakukan agar tim bisa turut menyampaikan isu pementasan untuk jangka waktu yang berkesinambungan, walaupun pentas telah berakhir.


Read On 0 comments

Ensamble Ladang Perminus

kru pementasan teater "Ladang Perminus", meliputi sutradara, pemain, dan kru artistik (panggung, kostum, make up)



sutradara dan kru artistik



kru artistik



pemain


pemain


pemain
Read On 0 comments

"Workshop" Antikorupsi di ITB

SEBAGAI bagian dari persiapan pementasan "Ladang Perminus" yang diadaptasi dari novel karya Ramadhan K.H., kelompok mainteater Bandung akan mengadakan workshop antikorupsi di Campus Centre ITB Jln. Ganeca No. 10 Bandung pukul 10.00-17.00 WIB. Workshop ini merupakan kerjasama mainteater dan Indonesia Corupption Watch (ICW), Perkumpulan Seni Indonesia, WALHI, serta Jaringan Advokasi Tambang (Jatam). Pementasan "Ladang Perminus" berlatar belakang refleksi dunia korupsi di Pertamina yang disebut Ramadhan K.H. sebagai Ladang Perminus. Bersama riak balik perlawanan yang lain, riak balik jurnalis dan sastrawan terhadap korupsi (di Pertamina) berkembang menjadi arus balik perlawanan terhadap berbagai bentuk korupsi di Indonesia. "Ladang Perminus" akan dipentaskan di Bandung (6, 7, 8 Agustus 2009) di GK Rumentang Siang, pukul 14.00 WIB dan 20.00 WIB. Acara ini juga akan dipentaskan di Jakarta (12-13) Agustus 2009) di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), pukul 13.00 WIB dan 20.00 WIB. ***

Sumber: http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=86047
Read On 0 comments

Mata Kuliah Antikorupsi Dijajaki di ITB

Jumat, 17 Juli 2009 | 11:35 WIB


BANDUNG, KOMPAS - Komisi Pemberantasan Korupsi dalam waktu dekat ini akan membahas penyelenggaraan mata kuliah antikorupsi bagi mahasiswa Institut Teknologi Bandung. Hal itu sebagai upaya menanamkan budaya antikorupsi di tengah kehidupan pemuda dan mahasiswa.
Hal itu dikatakan Direktur Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK Dedie A Rachim, Kamis (16/7) di Bandung, seusai menjadi narasumber dalam diskusi bertajuk "Menumbuhkan Pendidikan Seni Budaya Perlawanan terhadap Korupsi, Perusakan Lingkungan, dan pelanggaran HAM," di Kampus ITB.

"Mata kuliah ini akan menjadi mata kuliah pilihan bagi mahasiswa ITB. Materinya akan berkisar tentang sejarah perlawanan terhadap korupsi di Indonesia, tugas dan peran KPK, serta bagaimana cara menghadapi pelaku korupsi," katanya.

Mata kuliah itu pun tidak akan diujikan. Dedie berharap modul mata kuliah itu bisa segera diselesaikan dan dipakai pada tahun akademik 2009/2010. "Modul untuk tingkat SD, SMP, dan SMA telah selesai," ujarnya.

Firdaus Ilyas, Koordinator Divisi Pusat Data dan Analisis Indonesia Corruption Watch, menyambut baik rencana KPK. Hal itu dinilai efektif mencegah perilaku koruptif membudaya di kalangan pemuda.

Terkait Bandung
Sementara itu, dari data yang dimiliki KPK, sekitar 70 persen kasus korupsi terkait dengan Bandung. "Entah itu dulu pelakunya sekolah di salah satu kampus di Bandung, memang pernah tinggal di Bandung, atau istrinya berasal dari Bandung," tutur Dedie yang merupakan alumnus Fakultas Seni Rupa ITB ini.

Ia berharap masyarakat Bandung mulai menghilangkan perilaku korupsi. "Ke depan harus ditonjolkan bahwa jika berbicara Bandung, orang-orangnya itu adalah yang punya integritas baik, tidak bisa disuap, dan layanan pemerintahannya yang paling baik. Jangan lari ke Jakarta, menjadi pejabat, malah ditangkap," tuturnya. (REK/JON)
Read On 0 comments

KPK Akan Buka Mata Kuliah Anti Korupsi di ITB

Kamis, 16/07/2009 17:28 WIB

Achmad Arief - detikBandung




Bandung - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) direncanakan akan membuka mata kuliah anti korupsi di Institut Teknologi Bandung (ITB). Namun mata kuliah ini bersifat pilihan dan tidak akan diujikan.

Menurut Direktur Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK Dedie A. Rachim, pihaknya telah berkonsultasi dengan ITB untuk segera merealisasikan pembukaan mata kuliah anti korupsi dan menjalankannya sebagai salah satu mata kuliah.

"Meski hanya bersifat mata kuliah pilihan dan tidak diujikan, kita berharap pada awal tahun ajaran baru 2009/2010 sudah bisa dilaksanakan di ITB," ujarnya saat ditemui di sela-sela Workshop Pendidikan Seni, Budaya Untuk Perlawanan Terhadap Korupsi, Perusakan Lingkungan, Dan Pelanggaran HAM di Student Center ITB, Kamis (16/7/2009).

Lebih lanjut Dedie menjelaskan, dengan adanya mata kuliah anti korupsi tersebut, diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengerti seperti apa bahaya korupsi, terutama di Indonesia.

Selain itu, pembukaan mata kuliah anti korupsi ini juga, memiliki peranan penting bagi mahasiswa, untuk mencegah, menangkal, dan melawan setiap bentuk korupsi.

"Kita sedang membangun pendidikan anti korupsi untuk mahasiswa, kalau SD, SMP, dan SMU sudah selesai, lanjutnya
Read On 0 comments

KPK ADAKAN MATA KULIAH KORUPSI DI ITB

16 Juli 2009 s/d 00 0000



Topik :
Bandung, 16/7 (ANTARA)- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merencanakan akan menjadikan pemberantasan korupsi sebagai mata kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis, siang.

Direktur Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK Dedie A Rachim menjelaskan, untuk merealisasikan rencananya tersebut, pihaknya masih melakukan pembahasan konsep pengajarannya dengan pihak ITB.

"Kita mengusulkan mata kuliah pemberantasan korupsi tersebut sebagai mata kuliah pilihan, bukan mata kuliah penuh," ujar Dedie dalam acara Workshop 'Pendidikan Seni Budaya Untuk Perlawanan Terhadap Korupsi, Perusakan Lingkungan dan Pelanggaran HAM, yang digelar di kampus center ITB, Jalan Ganeca.

Dia menambahkan, mengenai teknis pelaksanaannya, pihaknya akan terus membahas dengan pihak ITB tentang mekanisme perkuliahannya.

Mengenai tugas pemberantasan korupsi, ujar Dedie, hal tersebut bukan hanya menjadi tugas dan fungsi KPK, akan tetapi juga menjadi tugas semua elemen masyarakat dan lembaga pendidikan.

"Mata kuliah pilihan ini tidak diujikan, akan tetapi mahasiswa harus dapat mengerjakan tugas berupa penyusunan penelitian terkait dengan korupsi," ungkapnya.

Menurutnya, Walaupun hanya menjadi mata kuliah pilihan dan tidak diujikan, pihaknya berharap pada awal tahun ajaran baru 2009/2010 sudah bisa dilaksanakan di ITB.

"Mudah-mudahan apa yang kita programkan ini menjadi efektif dan dapat berfungsi sebagai tindakan prefentif mencegah korupsi sejak dini. Agar budaya korupsi di negeri ini tidak semakin berkembang," pungkasnya.

Lebih jauh Dedie menjelaskan, mata kuliah korupsi tersebut sudah diujicobakan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Universitas Paramadina Jakarta, dan Universitas Sugiapranata Semarang.

Saat ini pihaknya sedang menyusun modul mata kuliah anti dan pemberantasan korupsi bagi mahasiswa.

Dedie menegaskan, setelah penyusunan modul tersebut selesai, KPK akan siap membantu perguruan tinggi untuk menyampaikannya pada mahasiswa.***3***


(T.PSO-058/B/D009/D009) 16-07-2009 23:27:08
Read On 0 comments

”Menumbuhkan Perlawanan Seniman Terhadap Korupsi, Perusakan Lingkungan dan Pelanggaran HAM”

Term of Reference
Workshop Sehari
”Menumbuhkan Perlawanan Seniman Terhadap Korupsi, Perusakan Lingkungan dan Pelanggaran HAM”



PENDAHULUAN

Korupsi. Sebuah perbendaharaan kata yang tak asing bagi Indonesia. Sebuah kata yang cukup menyengat telinga kita dalam kehidupan sehari-hari dan sering ditemukan di ruang privat dan publik kita.

Sejak reformasi 1998, penyakit ini semakin membahana di seluruh Indonesia dan menjadi sorotan dunia internasional. Demonstrasi yang mendengungkan tuntutan terhadap penyelesaian kasus ini sudah tak lagi terhitung mulai dari depan balai desa hingga depan Istana Negara. Penyakit ini sungguh kronis dan mewabah ke banyak kalangan, bahkan melindas kelompok yang sesungguhnya menjadi garda terdepan negara dalam penyelesaian kasus-kasus korupsi.

Lebih jauh lagi, korupsi tidak pernah berdiri sendiri. korupsi di negara ini seringkali bukan sekedar menjadi dampak dari kontrol birokrasi yang lemah, melainkan sebagai akar masalah. Berbagai tragedi politik, perusakan lingkungan dan pelanggaran hak asasi manusia terjadi berawal dari sebuah kasus korupsi. Rezim Soeharto misalnya, mempertahankan kekuasaan yang korup dengan berbagai cara, termasuk melanggar hak-hak dasar warga negara, diantaranya agar kepentingan ekonomi dan politik rezim terjaga. Yang terjadi kemudian di Indonesia bukan sekedar aplikasi dari pemeo “power tends to corrupt” melainkan “corrupt to get and maintain power”.




TUJUAN

  1. Menumbuhkan semangat perlawanan seniman terhadap masalah sosial, khususnya korupsi, perusakan lingkungan dan pelanggaran HAM.
  2. Memberikan pemahaman dasar terhadap gerakan anti korupsi, lingkungan dan HAM.


HASIL YANG DIHARAPKAN

  1. Seniman menjadi lebih paham tentang korupsi dan masalah yang ditimbulkannya termasuk pelanggaran HAM dan perusakan lingkungan, sehingga muncul kesadaran untuk semakin terlibat.
  2. Meluasnya komunitas seni budaya yang bekerja di ranah gerakan sosial.
  3. Meluasnya jaringan kampanye untuk gerakan anti korupsi, pelestarian lingkungan hidup, dan advokasi pelanggaran HAM.
  4. Terjadinya proses pembelajaran bersama dalam rangka mengembangkan gagasan-gagasan kreatif dan inovatif untuk gerakan sosial.




WAKTU DAN TEMPAT
Pertengahan Juni 2009


NARASUMBER
  1. Perwakilan ICW
  2. Perwakilan WALHI/JATAM
  3. Perwakilan ELSAM


MODERATOR & FASILITATOR
FX Rudy Gunawan


PESERTA
Tim Ladang Perminus
Read On 0 comments

”Menumbuhkan Pendidikan Seni Budaya Perlawanan Terhadap Korupsi, Perusakan Lingkungan dan Pelanggaran HAM”

Term of Reference
Workshop Sehari
”Menumbuhkan Pendidikan Seni Budaya Perlawanan Terhadap Korupsi, Perusakan Lingkungan dan Pelanggaran HAM”

Bandung – Jakarta 2009

PENDAHULUAN

Skandal demi skandal muncul dan menggerogoti neraca pembayaran minyak dan gas (migas) ke dalam kas negara. Media massa tak pernah kehabisan ide sekaligus bahan untuk menulisnya. Sebab, tradisi merampok di rumah sendiri telah berurat-berakar secara kuat di bidang migas ini. Harian Indonesia Raya, yang akhirnya dibredel untuk selamanya oleh rejim Orde Baru yang sangat korup merupakan media yang paling rajin menulis korupsi, kolusi, nepotisme dan kroniisme – di tubuh Pertamina. Pertamina bak sapi gemuk yang habis badan akibat diperah para penghuni dan penguasa negeri ini.

Anab Afifi dalam “Seabad Migas Indonesia: Dari Cengekraman Asing hingga Skandal Korupsi” (2007) menyebutkan keberhasilan media cetak mengendus KKN di Pertamina sebagai prestasi yang luar biasa. Sebab mengakses data keuangan di perut Pertamina saat itu merupakan hal yang mustahil. Transparansi audit keuangan masih menjadi barang langka. Oleh sebab itu Indonesia Raya juga harus mati muda. Sementara korupsi dengan segala bentuk dan model yang mendarah daging di dunia industri minyak negara sulit, yang selalu disebut-sebut melibatkan Soeharto, keluarga, dan para kroninya di masa Orde Baru tak pernah terbongkar secara tuntas dan melegakan rakyat.

Pada edisi 30 Januari 1970 Indonesia Raya menulis, simpanan Ibnu Sutowo, pendiri dan direktur utama Pertamina, mencapai Rp. 90,48 miliar. Jumlah yang fantastis karena kurs rupiah saat itu hanya berada pada angka Rp. 400. Koran yang dipimpin oleh jurnalis sekaligus sastrawan Mochtar Lubis itu juga menurunkan tulisan tentang akibat jual beli minyak lewat jalur kongkalikong pimpinan Pertamina saat itu dengan pihak Jepang, yang merugikan negara hingga 1.554.590,28 dolar AS.

Lewat papernya yang banyak diposting di dunia maya itu Afifi juga menulis, pada 1975, Ibnu Sutowo mewariskan utang 10,5 miliar dolar AS. Utang ini nyaris membangkrutkan Indonesia. Penerimaan negara dari minyak saat itu hanya 6 miliar dolar AS. Ibnu memang mundur dari posisi direktur utama Pertamina (1976), namun utang dan dugaan korupsi itu tidak pernah masuk ke pengadilan. Jauh sesudah itu baru terbongkar kasus simpanan 80 juta dolar di berbagai bank milik almarhum H. Thaher, salah satu direktur pada jaman Ibnu. Melalui pengadilan yang berbelit-belit, Pertamina memenangi perkara tersebut.

Selama 60 tahun terakhir, setidaknya terdapat begitu banyak skandal korupsi migas. Mulai dari Exxon Balongan, Ustraindo, Blok Cepu, hingga VLCC. Semuanya melibatkan penguasa dan kroninya, yang hingga hari ini tetap menyengsarakan rakyat.

Politik atau kebijakan bisnis migas di Indonesia pada kenyataannya hanyalah sebuah pipa sejarah skandal sekaligus arena untuk laku ekspolitatif terhadap manusia dan dunianya. Selain menjadi arena perampokan bagi para pengelolanya: aparatus negara yang berselingkuh dengan dunia kapital, ia juga menjadi jalan mulus bagi penganut paham binatang ekonomi untuk melanggengkan candu eksploitasi terhadap lingkungan (alam, sosial, ekonomi, politik dan kultur). Politik migas adalah sebuah alat penundukan dan penghisapan, yang mengabaikan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia (rakyat), terutama hak-hak ekonomi, sosial dan budaya serta harmoni dunia manusia dengan segala kearifannya.

Masifnya daya rusak korupsi dan berbagai skandal ”ekonomi” di Pertamina, yang merupakan salah satu bentuk akut korupsi di dunia tambang serta berbagai jenis korupsi dan skandal ekonomi di Indonesia, telah melahirkan riak perlawanan balik dari masyarakat. Setelah nurani para jurnalis Indonesia Raya bicara dengan caranya, sastrawan Ramadhan KH, juga bicara. Berbeda dengan para jurnalis Indonesia Raya, Ramdhan yang juga jurnalis , berbicara melalui novel ”Ladang Perminus”. Melalui ladang Perminus Ramadhan mencoba membuat refleksi tentang dunia korupsi di Pertamina yang disebutnya Ladang Perminus.

Bersama riak balik perlawanan yang lain, riak balik jurnalis dan sastrawan terhadap korupsi (di Pertamina) berkembang menjadi arus balik perlawanan terhadap berbagai bentuk korupsi di Indonesia. Muncul berbagai organisasi masyarakat sipil hingga lembaga koasi negara seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Gerakan antikorupsi, yang beriringan dengan gerakan antikejahatan terhadap lingkungan dan antipelanggaran hak asasi manusia, terus bergerak dan saling menginspirasi dengan berbagai kalangan termasuk dunia pendidikan sebagai soko guru pengembangan kepribadian dan indentitas bangsa.



TUJUAN

  1. Menggiatkan kerja kebudayaan yang berorientasi dan berpihak kepada rakyat yang menjadi korban tindakan korupsi, pelanggaran HAM dan kejahatan lingkungan.
  2. Mengolah ruang-ruang seni budaya menjadi wadah dan sarana kampanye publik, khususnya isu-isu korupsi, HAM dan lingkungan.
  3. Menjadikan kegiatan kebudayaan sebagai wahana pendidikan, khususnya bagi pelajar sekolah menengah mengenai kondisi sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan.
  4. Sebagai pengantar dan penjelasan maksud pementasan teater Ladang Perminus


HASIL YANG DIHARAPKAN

  1. Publik menjadi lebih paham terhadap problem korupsi dan masalah yang ditimbulkannya termasuk pelanggaran HAM dan penjahatan lingkungan, sehingga muncul kesadaran untuk semakin terlibat dalam memerangi korupsi.
  2. Meluasnya komunitas pendidikan seni budaya yang bekerja di ranah gerakan antikorupsi dan antikejahatan terhadap lingkungan serta gerakan penghormatan HAM.
  3. Terjadinya proses pembelajaran bersama dalam rangka mengembangkan gagasan-gagasan kreatif dan inovatif untuk kampanye publik.
  4. Pengajar dan siswa dari 50 sekolah di Bandung dan 100 sekolah di Jakarta dapat mengapresiasi pementasan teater Ladang Perminus dan mengikuti perlombaan penulisan.


PEMBICARA
  1. Perwakilan Komisi Pemberantasan Korupsi
  2. Perwakilan Indonesia Corruption Watch
  3. Perwakilan WALHI/JATAM
  4. Seniman/Budayawan
  5. Tokoh Pendidikan



WAKTU DAN TEMPAT

Bandung
Campus Centre ITB
Jl. Ganeca No. 10 Bandung
16 Juli 2009


Jakarta
Gedung AJB – FISIP Universitas Indonesia
13 Juli 2009



PESERTA

Peserta yang diharapkan mengikuti workshop ini adalah pengajar Sekolah Menengah Atas atau sederajat yang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, Sejarah atau Kewarganegaraan.

Workshop di Bandung akan melibatkan 50 pengajar dan Jakarta 100 pengajar yang masing-masing mewakili 1 sekolah.

Peserta akan mendapatkan sertifikat keikutsertaan dari panitia termasuk keterlibatan untuk mengirimkan siswanya dalam mengapresiasi pementasan teater Ladang Perminus.

Workshop ini tidak memungut biaya apapun dari peserta.


PENYELENGGARA
Indonesian Corruption Watch, Jaringan Advokasi Tambang, Mainteater Bandung, Perkumpulan Praxis, Perkumpulan Seni Indonesia, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia

Didukung oleh:

ELSAM, Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat, Perkumpulan HUMA, INFID
KontraS Jakarta, Remdec, Voice of Human Rights, Yayasan Sosial Indonesia untuk Kemanusiaan
Read On 0 comments

WAWAN SOFWAN, sutradara

Lahir di Panjalu, 17 Oktober 1965. Lulusan Jurusan Pendidikan Kimia IKIP Bandung (kini Universitas Pendidikan Indonesia) ini mulai aktif di dunia teater pada 1985 di Teater IKIP Bandung, kemudian di STB sejak 1988.

Wawan telah terlibat dalam pentas lakon-lakon antara lain: Impian di Tengah Musim, Don Carlos, Tembok Besar, Julius Caesar, dll. Tahun 1994 mendirikan mainteaterbandung. Pada 1999-2000 berpartisipasi dalam berbagai festival di antaranya di Melbourne, Australia dan Forum Internasional Pekerja Teater dan Workshop Commedia del Arte di Berlin, Jerman (2000). Dia juga berkeliling Eropa sejak Rusia hingga Belanda untuk mementasakan monolog “Indonesia Menggugat“ yang diambil dari pidato (peliodi) Soekarno di Pengadilan Hindia belanda pada 1930.

Sejak 1999 Wawan telah menyutradarai: Art, Disco Pigs, God is a Dj, Faust I, Opera La Boheme, Saudagar Venesia, drama musikal HONK, Marry Did You Know, Fashion Performance, Opera “Mozart”, Kehidupan di Teater, dan Nyai Ontosoroh, Sandekala dan Electronic City.

Monolog-monolognya (Dam, Oknum, Zarathustra, Fragmen Faust, Happy 1000…1000 Bahagia, Laporan untuk Akademi, Indonesia Menggugat, Pidato 1 Juni Bung Karno, Kontrabass) dipentaskan di beberapa kota di Indonesia, Malaysia, Australia, Rusia, Jerman dan Belanda. Mendapat beasiswa dari International Theater Institut Germany untuk magang di kelompok Musical Triebwerk Theater-Hamburg.

Saat ini Wawan Sofwan menjadi dosen tamu di University Malaya-Kuala Lumpur (KL) dan sutradara tamu di Sumunda Theater Company-KL. Wawan juga aktif sebagai perancang pertunjukan, sutradara teater, musical, opera, dan pengajar akting.
Read On 0 comments

Sinopsis Ladang Perminus

Lakon Ladang Perminus yang diadaptasi dari novel karya Ramadhan KH berjudul sama, mengisahkan tokoh Hidayat, seorang bekas pejuang Angkatan '45 yang kemudian bekerja sebagai salah satu manajer pada perusahaan minyak negara bernama Perusahaan Minyak Nusantara (Perminus)

Sebagai sosok yang jujur, cerdas, dan idealis, Hidayat menjalani hidup dan pekerjaannya dengan laku setia kepada hati nuraninya. Dia mencoba bertahan untuk tidak ikut melakukan korupsi dan segala bentuk perampokan di rumah sendiri yang menggelegak di perusahaannya. Gelegak dan bau gas korupsi di perusahaan migas itu akhirnya tercium aparat hukum.

Suatu hari beredar kabar bahwa sebuah tim tengah menyelidiki skandal korupsi di kantor itu. Seluruh karyawan kantor gentar diliputi ketakutan. Mereka segera berusaha menyelamatkan diri masing-masing dengan berbagai cara. Tetapi dasar dunia kooruptor, jalan penyelamatan yang mereka tempuh pun kebanyakan jalan busuk. Mereka yang korup menyebar fitnah ke segala penjuru kantor dan luar kantor. Tapi sasaran utamanya ialah orang-orang yang dianggap membahayakan.

Hidayat dan para koleganya yang menjalani karir dengan lurus menjadi sasaran empuk desingan peluru fitnah. Alhasil Hidayat dan sejumlah koleganya pun menjadi korban. Tanpa bukti kesalahan Hidayat dibebastugaskan dari pekerjaannya alias dirumahkan. Demikian pula sejumlah koleganya. Hukuman tersebut membuat Hidayat sangat terpukul.

Menghadapi kondisi Hidayat, Yas, isterinya bertindak. Tanpa kenal lelah ia terus memberikan semangat. Hidayat kemudian ”menghibur” diri dengan menangani usaha ternak yang telah dirintis sebelumnya sambil memberikan konsultasi kepada para kontraktor asing yang mengetahui reputasinya. Kegiatan itu secara perlahan menyembuhkan rasa frustrasinya. Semangatnya pun bangkit.

Penyelidikan di Perminus berakhir. Hidayat tak terbukti bersalah. Dia pun dipanggil lagi untuk bekerja. Setelah aktif bekerja lagi, Hidayat diberi tugas oleh atasannya, Kahar, mengurus bisnis ke Singapura. Kahar adalah pimpinan penting perusahaan itu, namun juga menjadi sumber segala masalah di kantornya.

Hidayat menjalani tugas di Singapura dengan baik. Hasilnya cemerlang. Namun Kahar yang mencari untung bagi kepentingannya sendiri menjegalnya. Tapi karena takut perbuatannya terbongkar dia mencari jalan licik agar Hidayat jatuh. Saat Hidayat mencalonkan diri sebagai gubernur Jawa Barat, Kahar menyebar fitnah. Hidayat kembali jatuh dan akhirnya memutuskan untuk pensiun.

Suatu hari muncul kabar bahwa Kahar meninggal. Hidayat merasa lega. Tapi hanya sebentar. Sebab tak lama kemudian muncul kabar bahwa Kahar dimakamkan di Taman Makam Pahlawan. Kekecewaan yang mendalam membuat Hidayat jatuh sakit. Di rumah sakit dia sempat merenung. Dia menyadari bahwa manusia harus berjiwa besar dalam menghadapi kenyataan hidup meskipun berat dan sulit. Hari terus berjalan.
Read On 0 comments

RAMADHAN KH, penulis novel

Ramadhan K.H. yang nama lengkapnya adalah Ramadhan Karta Hadimadja, dilahirkan di Bandung, pada 16 Maret 1927, dan meninggal di kediamnnya saat tinggal di Cape Town, Afrika Selatan pada 16 Maret 2006 setelah menderita kanker prostat selama kurang lebih tiga bulan.

Ramadhan pernah bekerja selama 13 tahun sebagai wartawan Antara. Tetapi dia lalu minta berhenti karena tak tahan melihat merajalelanya korupsi. Tercatat sebagai mahasiswa ITB dan Akademi Dinas Luar Negeri di Jakarta, namun kedua-duanya tidak tamat. Dia juga pernah bertugas sebagai redaktur majalah Kisah, redaktur mingguan Siasat dan redaktur mingguan Siasat Baru.

Semasa hidupnya Ramadhan terkenal sebagai penulis yang kreatif dan produktif. Ia banyak menulis puisi, cerpen, novel, biografi, dan menerjemahkan serta menyunting. Kumpulan puisinya yang diterbitkan dengan judul Priangan Si Djelita (1956), ditulis saat Ramadhan kembali ke Indonesia dari perjalanan keliling Eropa pada 1954. Kala itu, ia menyaksikan tanah kelahirannya, Jawa Barat, sedang bergejolak akibat berbagai peristiwa separatis. Kekacauan sosial politik itu mengilhaminya menulis puisi-puisi tersebut.

Pada tahun 1965 Ramadhan sempat ditahan selama 16 hari di Kamp Kebon Waru, Bandung, bersama-sama dengan Dajat Hardjakusumah, ayah kelompok pemusik Bimbo yang saat itu menjabat pimpinan Kantor Antara Cabang Bandung. Keduanya ditahan karena dilaporkan bertemu A. Karim DP dan Satyagraha, pimpinan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Pusat yang masa itu dianggap berideologi kiri dan mendukung G-30-S. Karena pertemuan itu keduanya dianggap pendukung G-30-S. Belakangan ia baru tahu bahwa mereka berdua difitnah kelompok lain agar dapat menguasai kantor Antara cabang Bandung. Sesudah 16 hari mendekam di tahanan, keduanya dibebaskan dan pimpinan pusat Antara memindahkannya ke Jakarta.

Pada hari-hari terakhirnya, Ramadhan kembali menekuni kegemarannya di masa lalu, melukis. Salah satu tema lukisan kesayangannya ialah rangkaian pegunungan di belakang rumahnya di Cape Town. Ia meninggal dunia tepat pada peringatan hari ulang tahunnya yang ke-79. Ia meninggalkan istrinya, Salfrida, dua orang putra dari Tines, Gilang dan Gumilang, dan lima orang cucu.
Read On 0 comments
 

Teater-Perminus | Author's blog | Powered By Blogspot | © Copyright  2009