Pentas Teater Ladang Perminus:Melawan Budaya Korupsi Sejak Dini Melalui Seni

12 Agustus 2009 - 9:19 WIB
Kurniawan Tri Yunanto


VHRmedia, Jakarta – Malam ini dan besok malam mulai pukul 19.00 lakon Ladang Perminus akan dipentaskan di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki Jakarta. Teater adaptasi novel karya Ramadhan KH ini merupakan kritik atas merebaknya budaya korupsi di Indonesia, khususnya di sektor industri perminyakan.

Pementasan teater ini diselenggarakan Perkumpulan Seni Indonesia bersama Indonesia Corruption Watch, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Praxis, dan didukung Komisi Pemberantasan Korupsi. Pentas ini dimaksudkan untuk mengantisipasi serangan balik para koruptor melalui jalur budaya. Karena itu, diperlukan kampanye aktif dalam bentuk apa pun, termasuk kampanye pemberantasan korupsi melalui jalur budaya.

Andi K Yuwono, produser pentas ini, mengaku pertunjukan sepanjang dua jam ini terutama ditujukan kepada pelajar. Sebab, usia 17 tahun merupakan titik awal remaja bersentuhan dengan birokrasi yang cenderung koruptif. Jika tidak mempunyai mentalisme yang kuat, remaja akan terpengaruh oleh mental korup. ”Kami coba pindahkan kampanye pemberantasan korupsi ini ke pentas pertunjukan. Sebab, diperlukan kampanye aktif untuk pemberantasan korupsi, termasuk melalui jalur budaya,” kata Andi, Selasa (11/8).

Ladang Perminus sukses dipentaskan di Bandung beberapa waktu lalu. Respons para pelajar dinilai cukup positif. Mereka mulai mempertanyakan dan mendiskusikan akar permasalahan korupsi di Indonesia. Hal iitu lebih maksimal, karena pertunjukan ini didukung Komisi Pemberantasan Korupsi. ”Para pelajar di Bandung cukup antusias. Selain jumlah penonton melebihi target, pesan kampanye melawan korupsi ini cukup diterima,” kata Andi yang pernah memprodusi lakon Nyai Ontosoroh.

Pentas teater yang disutradarai Wawan Sofwan ini memang tidak menuturkan mengenai kasus tertentu. Ladang Perminus lebih menunjukkan realitas Indonesia yang sesungguhnya, mengenai merebaknya korupsi di berbagai sektor, dan banyaknya sumber alam yang dikuasai perusahaan asing.”Pada pertunjukan ini kami tidak begitu mengedepankan unsur artistiknya, tapi lebih menitikberatkan isi, karena tujuannya lebih pada kampanye,” kata Andi.

Hal senada dikatakan asisten sutradara Heliana Sinaga. Menurut dia, pesan utama pementasan inilah yang menghidupkan Ladang Perminus, adaptasi novel karya Ramadhan KH yang berkisah tentang mantan pejuang angkatan 1945 yang bekerja sebagai manajer perusahaan minyak negara Perusahaan Minyak Nusantara. Pementasan yang melibatkan 20 aktor ini merupakan bentuk media penyadaran bagi publik. ”Seni kan universal dan sifatnya netral. Kami berharap bisa membawanya ke ranah penyadaran. Karena korupsi di negeri ini harus dibasmi,” katanya. (E4)


Sumber: http://www.vhrmedia.com/Melawan-Budaya-Korupsi-Sejak-Dini-Melalui-Seni-berita2008.html

About this entry

Posting Komentar

 

Teater-Perminus | Author's blog | Powered By Blogspot | © Copyright  2009