LADANG PERMINUS : SEBUAH PEMENTASAN

Pernahkah terbayangkan bila korupsi telah menyebar ke berbagai sektor di negeri ini termasuk dalam tubuh sektor minyak dan gas [Migas]?

Adegan awal lampu menyorot panggung, terlihat suasana kantor. Hidayat [Wawan Sofwan], Subarkah [Chandra Kudapawana] dan Herman [Sahlan Mujtaba] tengah asyik membicarakan berita di koran Indonesia Raya.

Koran hari itu berisi data-data korupsi di tubuh Perminus yang merugikan negara, terlihat jelas dari awal hingga akhir cerita, penonton diajak untuk berpikir kritis tentang korupsi melalui pertunjukan teater realis dengan setting tahun 1970-an.

Letupan-letupan konflik juga muncul saat Hidayat merasa dibohongi dan terhina disebabkan atasannya Kahar [Fajar Emmilianus] memanfaatkan perjuangan Hidayat untuk menyelamatkan uang negara tapi malah dikorupsi oleh Kahar dan pencalonan Hidayat sebagai gubernur Jawa Barat dijadikan alat oleh Kahar untuk menjatuhkan Hidayat dari Perminus.

Meski di ending pertunjukan, kasus korupsi Kahar terbongkar media massa tetapi tidak merubah gelar Pahlawan yang disandangnya dengan dikuburkannya di Taman Pahlawan dengan upacara kenegaraan. Tentu saja hal ini membuat Hidayat mengerutkan kening karena tidak percaya dengan persepsi pahlawan di negeri ini, sesuai dengan dialog terakhir Hidayat, “Di negeri ini, hanya di negeri ini, seorang koruptor bisa menjadi pahlawan.”

Ladang perminus yang diadaptasi dari novel Ramadhan KH dengan judul yang sama merupakan kelanjutan dari pementasan Sandekala dari novel Godi Suwarna. Ke-duanya memiliki benang merah yang masih berisi kasus korupsi dan mainteater bekerjasama dengan berbagai lembaga mewujdukannya dengan apik untuk memberikan sebuah wacana baru untuk penyampaian pesan moral tentang kejahatan korupsi melalui teater.

Secara keaktoran, para pemain terlihat total dalam mengeksplorasi aktingnya di atas panggung, terutama tokoh Hidayat dan Kahar, sehingga penonton terlihat hanyut dan gereget dengan alur cerita pertunjukan yang berdurasi dua jam. Perwujudan bentuk novel kedalam naskah teater dalam Ladang Perminus oleh FX. Rudy Gunawan dan Wawan Sofwan tidak membuat hilangnya estetika sastra dan seni.

Pertunjukan teater “Ladang Perminus” mengupas habis hingga ke kulit ari kasus korupsi dalam tubuh Perminus. Pementasan yang berlangsung di Bandung [6-8/08/09] dan Jakarta [12-13/08/09] mendapat sambutan hangat dari berbagai baik kalangan seniman, media, LSM, pelajar dan mahasiswa.

Melihat antusiasme publik, panitia pelaksana di Jakarta menawarkan untuk menggelar pementasan Ladang Perminus di Semarang 30 Oktober 2009. Pementasan juga meliputi diskusi publik mengenai korupsi di sektor migas dan situasi pemberantasan korupsi di Indonesia pada umumnya.

Oleh karena itu dalam perjalanan pulang, Ladang Perminus akan singgah di Semarang dan akan tampil di Taman Budaya Raden Saleh, Jalan Sriwijaya Semarang. Pementasan sederhana akan diawali dengan diskusi pengantar untuk memperkuat wacana kampanye. Pementasan di Semarang mendapatkan dukungan dari berbagai pihak antara lain Perkumpulan Perdikan, LRCKJHAM, KP2KKN Jawa Tengah, LBH Semarang, KPI, AJI Semarang, PATTIRO Semarang, AMPUH Jateng, Yayasan Setara, Percik Salatiga, LSKAR Salatiga, FORBES PM Magelang, GERTAK Batang, FSBI, KAMMI Semarang, BEM KM Undip, Dewan Kesenian Semarang (Dekase), Taman Budaya Raden Saleh, dan SMA Kolese Loyola. (OVA)

About this entry

Posting Komentar

 

Teater-Perminus | Author's blog | Powered By Blogspot | © Copyright  2009